Pernah dengar kata-kata “Setan itu ada dalam diri kita sendiri?”
Sepanjang saya TK, SD, TPA, hingga kuliah, saya di doktrin oleh kepercayaan bahwa ada dua jenis setan. Setan berwujud iblis, dan setan dalam diri kita sendiri yang membawa kita ke arah keburukan. Dan saya rasa bukan cuma saya aja yang tunduk dengan doktrin ini.
Doktrin dimana jika saat ramadhan setan dikunci di neraka, lalu mengapa kejahatan masih berlangsung? Gak satu-dua ustadz yang bilang bahwa kejahatan itu didorong oleh setan dalam diri kita sendiri.
Posting saya kali ini mempertanyakan doktrin ini dengan pengetahuan medis-psikologis yang baru saya baca kemarin.
—-
Sejak (akhirnya) mengetahui cara dan serunya menggunakan servis Quora, akhir-akhir ini saya lebih sering mengeksplor Quora dan meninggalkan StumbleUpon, yang tadinya merupakan aplikasi android paling aktif di handphone saya. Kemarin ini, saya tidak sengaja menemukan pertanyaan dan jawaban yang menarik perhatian saya, pertanyaannya begini “How do I get over my bad habit of procrastinating?”
Sebagai sesama procrastinator, saya merasa memiliki panggilan batin untuk mengintip jawaban dari orang-orang, dan saya tersentil dan tertarik dengan jawaban Oliver Emberton.
Jadi menurut Oliver, otak kita terdiri dari dua bagian inti. Oliver menyebut mereka adalah Albert (Semacam pun untuk Albert Einstein) dan Rex karena bagian otak ini punya sifat mirip sifat dasar reptil. Di dunia kedokteran, kita mengenal Albert sebagai higher cortical function alias fungsi luhur alias hampir seluruh area otak, yang kita kenal dengan brodman area. Higher cortical function ini punya bos besar yang bernama Prefrontal Cortex, semacam pusat relay informasi, simplenya ada si ‘pemikir’. Sedangkan Rex dalam dunia kedokteran kita kenal sbh Basal Ganglia, yg ternyata saya juga baru tahu, pusat motivasi pemenuhan kebutuhan dasar hidup, ya makan, ya tidur, dan nafsu.
Sadly, saat kita mau melakukan sesuatu, ternyata bukan Albert yang in charge, namun si Rex. Jadi ujungnya adalah apakah Rex mau melakukan sesuatu atau tidak. Jadi Albert ini semacam majikan, sedangkan Rex ini supirnya. Sayangnya juga, Rex ini punya kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan, yaitu memotivasi kita memenuhi kebutuhan dasar, ya makan, ya tidur, dan *ehem* melampiaskan nafsu itu.
Jadi, kalo si Albert mau bangun tidur dan membersihkan kamar mandi kemudian menulis blog, Rex ini maunya tidur-tiduran dan makan aja. (Which is currently going on in my situation right now, :P) Sekarang tinggal bagaimana kemampuan Albert mengendalikan Rex. Apakah Albert majikan yang cukup dominan untuk ‘menyuruh’ Rex menyetir badan dan bangun tidur.
“Yah, itu mah semua orang juga tau” mungkin itu yang kepikiran di otak ya?
Here’s the trick, karena Rex ini akan selalu memotivasi kita melakukan sesuatu yang ‘melenakan’ maka triknya adalah untuk memberi makan Rex terlebih dahulu, supaya posisi Albert lebih dominan dan bisa melakukan hal-hal produktif lainnya.
Kembali ke analogi supir dan majikan tadi, supir ini gak akan mau kerja benar sesuai arahan majikan kalo gak cukup tidur, kalo gak kenyang, dan gak digaji.
Jadi, sebelum melakukan sesuatu yang produktif, supaya kita gak berujung pada malas-malasan, akan lebih baik penuhi kebutuhan dasar tubuh terlebih dahulu, tidur cukup, makan cukup. Jadi, keinginan berleyeh-leyeh dan tidur-tiduran itu akan tersisih sendiri.
Sekali lagi, ini masih dalam teori tertulis, pada akhirnya kalian mau leyeh-leyeh sambil baca tulisan ini atau actually doing something you should do ya balik lagi ke si Albert :p
—-
Nah, tulisan saya kali ini berusaha menggabungkan antara doktrin ‘setan’ dalam tubuh, dan struktur anatomis dan fungsional yang memang benar nyata adanya.
Kalo mengintip sifat dasar basal ganglia alias Rex yang berfungsi memotivasi kita untuk memenuhi kebutuhan dasar, ya makan, ya tidur, dan *ehem* pelampiasan nafsu tadi tanpa adanya kontrol dari prefrontal cortex alias Albert, ya kita ini semacam binatang.
Dan kalo melihat dunia kejahatan saat ini, yang tadi kata Ustadz-ustadz itu, muncullnya karena ada ‘setan’ dalam tubuh, ya pencurian, ya perampokan ya perkosaan, pada intinya kan soal memenuhi kebutuhan dasar itu tadi. Bicara tentang fungsi Rex untuk memotivasi kita memenuhi kebutuhan dasar tubuh.
Sampai sini, kira-kira terbayangkah apa yang sejauh ini saya fikir?
Jujur, saya sangat cetek soal keagamaan, masih sangat luas dunia islam yang belum saya sentuh, tapi ketika saya belajar lebih jauh soal fungsi otak manusia, dan ternyata menyentuh area keislaman dimana selama ini saya tumbuh dengan doktrin-doktrin yang ada, saya jadi bertanya-tanya, apakah ‘setan’ dalam tubuh kita adalah insting binatang (yang muncul karena motivasi basal ganglia) yang tidak berhasil dikontrol oleh akal (prefrontal cortex)?
Is basal ganglia drives the devils inside us?