April 13, 2010

Sahabat.

Apa yang ada dipikiran kalian ketika mendengar satu kata itu?

Buat saya, sahabat adalah sebagian jiwa saya yang hidup di orang lain, sebagian jiwa saya dengan jalan hidup yang berbeda, sifat yang berbeda, sikap yang berbeda, dan tentunya cara pandang yang berbeda.

Sahabat, bagi saya, adalah air putih. Dia berfungsi banyak, melegakan saya ketika haus, menyejukkan saya ketika panas datang,  membangunkan saya ketika terlelap, menyadarkan saya bahwa saya hidup dan tidak sendiri. Ada mereka.

Bagi saya, sulit menganggap seseorang sahabat.

Ada sebuah tanggung jawab yang ikut muncul ketika menganggap seseorang sahabat saya. Ikut mendengarkan seluruh cerita mereka, sedih ketika mereka mendapat musibah, senang ketika mereka mendapat berita baik, selalu berada disebelah mereka.

Tak banyak orang yang sejauh ini sudah saya anggap sahabat. Horcrux saya ada pada mereka.

Ketujuh serpih jiwa saya yang hidup di tubuh mereka.

Air putih saya yang selalu siap ketika saya butuh.

Mereka, dimana di depan mereka saya tak perlu jadi orang lain. Mereka, yang menerima saya apa adanya. Mereka yang dengan tegas berani bilang bahwa saya salah, tanpa kecuali. Mereka yang meskipun sudah lama tak bertemu tapi selalu saya ingat dalam sedih dan senang saya. Mereka yang meskipun tanpa perlu banyak kata saya yakin paling mengerti saya.

Rini-Nurri

Saya- Irna- Rini - Herdi

Saya- Pita- Erika- Sheilla

i MISS you guys, BIG TIMES!

Bohong.

"Manusia kadang membuat kebohongan untuk menyenangkan hati orang lain. Padahal yang mereka mau belum tentu disenangkan hatinya."

Yap. Kadang yang kita butuh cuman sekedar kata-kata jujur untuk melegakan hati kita. Even ternyata kata-kata itu menusuk-menohok-menyilet-aah you named it. 

Sampai ketika kita tau bahwa seseorang berbohong untuk menyenangkan hati kita, haruskah kita bersyukur atau justru kecewa?

Ntahlah. Saya juga bingung.

April 3, 2010

Abu.

Aku rindu,
Ketika duniaku hanya hitam dan putih.
Ketika benar hanyalah benar, dan salah hanyalah salah
Bohong itu salah, kata mereka.
Jujur itu benar, kata mereka juga.
Tak kukenal daerah abu-abu.
Ketika salah menjadi benar,
benar menjadi salah,
atau toleransi diantara keduanya.

Aku rindu,
Ketika duniaku masih tak tercoreng.
Ketika warnaku masih putih,
dan dunia disekitarkupun masih putih.

Aku rindu, putihku.
Ketika semakin dewasa,
semakin banyak hitam kulihat.
Hitam yang datang, menetralkan putihku.
Semakin bias putihku,
Semakin luas daerah abu-ku.
Sehingga aku, terjebak dalam ke-abu-abu-an ku sendiri.