September 11, 2009

Perfect.

Current Track: Ecoutez – Maafkan


 

Nobody's perfect. Kita semua pasti pernah dengar frase itu, rite? 2 kata yang menurut gue cuma menjadi justifikasi betapa lemah dan minusnya kita sebagai manusia. 2 kata ini yang jadi pedoman gue supaya gak ngiri atau jealous dengan orang lain. Well, don't tell anybody, tapi setiap kali gue melihat sesosok orang, either itu temen, keluarga, atau bahkan artis, gue entah kenapa mempunyai tendensi untuk mencari satu titik celah minusnya, sehingga gue bisa gak terjerumus dalam bayangan how perfect he/she is. To remind me, we're human afterall.


 

Gue gak tau apa titik celah yang orang lain lihat sama gue. Tapi buat gue, Sharifah Shakinah adalah sesosok manusia penuh dengan celah disana-sini. Mungkin karena gengsi, atau mungkin karena murni panggilan manusia yang selalu ingin menjadi lebih, gue selalu berusaha buat jadi sosok ideal buat orang orang disekitar gue. Jadi a perfect daughter, a perfect aunty, a perfect best friend, a perfect friend, a perfect medical student, a perfect girl friend, a perfect leader, blablabla. Gue selalu pengen jadi sosok sempurna yang memuaskan 'keinginan' orang orang di sekitar gue.


 

Capek? Pasti. Dengan keinginan orang-orang disekitar gue yang selalu menuntut gue buat berubah, lebih dewasa, lebih pintar mengambil keputusan, lebih bisa memuaskan semua pihak, lebih logis, dan segala macemnya. Apalagi dengan gue selalu berusaha memberikan sosok yang sempurna buat mereka, gue merasa kadang-kadang orang-orang overrated gue. Dan itu lagi-lagi membuat gue jungkir-balik buat memenuhi kebutuhan mereka. Kaya lingkaran setan. Gue ngasih yang terbaik, mereka nuntut lebih. Again, and again.


 

Sometimes rasanya gue ngiri sama orang-orang yang gak takut judgment orang. Mereka stand up buat hak mereka sebagai manusia biasa. Gue gak bisa, gak pernah bisa. Ketika seseorang menuntut gue menjadi lebih dewasa, gue gak bisa mempertahankan hak gue untuk tetap jadi anak-anak. Ketika seorang menuntut gue mengurangi tingkat perhatian mereka ke gue, gue gak bisa mempertahankan hak gue untuk diperhatikan sama mereka. Ketika seseorang menuntut gue untuk selalu ada buat mereka, gue gak bisa mempertahankan hak gue untuk punya waktu sendiri dan hilang. How come they never satisfied?


 

A friend called me, I got 'Marshanda's Syndrome'. You know, ketika orang overrated lo, tapi lo capek untuk terus memenuhi ekspektasi mereka. You just blew. You made an-ashaming-video, you recorded yourself crying, things like that.

Rasanya pengen teriak ke dunia, I'm just a human, afterall. Bugger off.

No comments:

Post a Comment