February 18, 2010

Sepatu baru.


Saat melihat sepatu baru, aku melihatnya di etalase.
Tertarik dengan tampilan fisiknya.
Meraih dan mencobanya sesaat.
Semua tampak sempurna.

Kucoba sekali, dua kali.
Masih tampak sempurna.
Kuputuskan untuk membelinya.
Mengijinkannya menjadi bagian baru dariku.

Kukenakan sepatu baruku dengan waktu yang lama.
Perih.
Kulihat kakiku terluka, kututup dengan plester.
Kukenakan lagi karena bagiku sepatu itu masih terlihat sempurna.
Perih kembali terjadi.
Lagi-lagi kututup dengan plester.
Hingga baru kusadari kakiku penuh dengan plester.

Masih berhargakah kamu kupertahankan, wahai sepatu?

Keteguhanku mempertahankanmu.
Membiarkan luka kakiku kering.
Kembali mencobamu kembali.
Tetap bertahan bahwa semua akan terbayar.
Bahwa aku tak salah menilaimu sempurna di awal.

Sekarang, lama sudah setelah aku pertama melihatmu.
Kau menjadi bagian dariku.
Aku beradaptasi denganmu, begitu pula kamu.
Aku terbiasa denganmu.
Nyaman denganmu.
Luka, bukannya tak pernah terjadi lagi.
Namun rasa nyaman yang kau berikan melebihi luka yang kau sebabkan.
Bahkan ketika warnamu memudar, bentukmu tak lagi menggoda.
Bagiku kau bahkan jauh lebih sempurna ketimbang pertama.

Sepatu baru di etalasepun, menjadi sepatu lama yang nyaman dan belum mau aku lepaskan.
mencintaimu, bersamamu, seperti memiliki sepatu baru. :)

No comments:

Post a Comment