February 18, 2010

Sepatu baru.


Saat melihat sepatu baru, aku melihatnya di etalase.
Tertarik dengan tampilan fisiknya.
Meraih dan mencobanya sesaat.
Semua tampak sempurna.

Kucoba sekali, dua kali.
Masih tampak sempurna.
Kuputuskan untuk membelinya.
Mengijinkannya menjadi bagian baru dariku.

Kukenakan sepatu baruku dengan waktu yang lama.
Perih.
Kulihat kakiku terluka, kututup dengan plester.
Kukenakan lagi karena bagiku sepatu itu masih terlihat sempurna.
Perih kembali terjadi.
Lagi-lagi kututup dengan plester.
Hingga baru kusadari kakiku penuh dengan plester.

Masih berhargakah kamu kupertahankan, wahai sepatu?

Keteguhanku mempertahankanmu.
Membiarkan luka kakiku kering.
Kembali mencobamu kembali.
Tetap bertahan bahwa semua akan terbayar.
Bahwa aku tak salah menilaimu sempurna di awal.

Sekarang, lama sudah setelah aku pertama melihatmu.
Kau menjadi bagian dariku.
Aku beradaptasi denganmu, begitu pula kamu.
Aku terbiasa denganmu.
Nyaman denganmu.
Luka, bukannya tak pernah terjadi lagi.
Namun rasa nyaman yang kau berikan melebihi luka yang kau sebabkan.
Bahkan ketika warnamu memudar, bentukmu tak lagi menggoda.
Bagiku kau bahkan jauh lebih sempurna ketimbang pertama.

Sepatu baru di etalasepun, menjadi sepatu lama yang nyaman dan belum mau aku lepaskan.
mencintaimu, bersamamu, seperti memiliki sepatu baru. :)

February 11, 2010

Orang hebat.


Apa sih yang ada di pikiran kalian ketika mendengar seseorang mengenalkan dirinya sebagai Mahasiswa Fakultas Kedokteran?
Sombong?
Pintar?
Calon suami/istri ideal? Calon menantu ideal?

Padatnya waktu kuliah serta kegiatan intra kampus membuat saya 'terkekang' dalam gedung-gedung megah di kampus saya. Selama 3 tahun saya berkuliah di FK Unpad, tak pernah sekalipun saya mengenal mahasiswa fakultas lain dalam kehidupan perkuliahan saya. Saya mengenal mereka hanya dari teman sekostan, teman satu SMA, teman SD, atau bahkan tetangga ketika kecil. Tak pernah sekalipun saya mempunyai kenalan baru dari fakultas lain. Bukan sombong atau merasa lebi, jujur, saya merasa penuhnya jadwal dan keterbiasaan bertemu teman-teman kampus yang itu-itu saja membuat saya sempat merasa 'tidak butuh' teman-teman fakultas lain. Sikap arogan dan merasa 'lebih' akhirnya menjadi sebuah konsekuensi. Mungkin itu yang membuat sebagian besar mahasiswa fakultas lain merasa mahasiswa FK sombong.

Akhirnya, ke-'autis'-an saya di lingkungan Unpad berubah, kebijakan universitas mengenai kewajiban KKN membuat saya (mau tak mau) mengenal mahasiswa dari fakultas-fakultas lain. Gabungan dari berbagai jurusan dikumpulkan dalam sebuah kelompok yang dituntut menghabiskan setiap akhir minggu bersama di desa.

Jujur, pertama kali saya mengikuti kegiatan KKN, saya pesimis. Masih dengan arogansi mahasiswa FK saya, saya sempat merasa 'membuang waktu' saya di KKN. Ketika berkumpul pertama kali dengan teman-teman pun, saya masih merasa 'bukan bagian dari mereka'.

Komposisi kelompok KKN saya sangat beragam, dari seorang akhwat yang sangat seru diajak berdiskusi, hingga seorang atheis yang mengaku menyembah matahari. Dari seorang anak kecil yang mengaku mahasiswa (baca: saya), hingga seorang single parent. Dari seorang mahasiswa polos yang tak tau apa-apa (lagi-lagi baca: saya) hingga seorang penjual mushroom yang punya cita-cita memiliki pabrik narkoba.

Saya bukan orang idealis yang akan bercerita panjang lebar mengenai bagaimana saya mengabdikan diri pada desa, atau bagaimana warga desa membuka mata saya. Satu pelajaran menarik yang saya dapat dari pengalaman KKN 3 bulan saya adalah saya dapat mengenal orang-orang baru. Orang-orang dari dunia yang sangat berbeda dengan saya, orang-orang dengan cara berfikir yang sungguh apabila saya tidak bertemu mereka saya tidak akan pernah percaya, orang-orang yang diluar segala hal yang saya 'cibirkan' pada awalnya ternyata jauh lebih dewasa.

Perkuliahan di FK yang lama dan membosankan serta monoton, menurut saya membuat cara berfikir mahasiswa FK jauh lebih sempit. 6 tahun masih di bawah 'ketiak' orang tua, sedangkan teman-teman lain seumurnya kita sudah berdiri sendiri, membuat mahasiswa FK memiliki 'keterlambatan' pendewasaan dan cara berfikir. Ketika saya berdiskusi dengan teman-teman dari Ilmu Sosial, saya dapat melihat bagaimana dunia begitu berbeda dimata mereka. Bagaimana jiwa enterpreuner ditanamkan di fakultasnya. Bagaimana manusia merupakan makhluk sosial yang kompleks yang merupakan bagian besar dari masyarakat. Bagaimana hidup bukan hanya sekedar sel--jaringan--organ--dan sistem organ.

3 bulan yang saya dapat, ternyata membuka mata saya. Bahwa menjadi orang hebat bukan sekedar pencapaian nilai. Menjadi orang hebat bukan sekedar memperpanjang CV. Menjadi orang hebat bukan sekedar mengetahui dunia. Menjadi orang hebat ialah mengenal diri, posisi, dan tidak memandang sebelah mata kepada siapapun yang ada disekitar kita.

Terimakasih, Wangisagara! :)